Paus berpidato di muka para Uskup yang menghadiri pertemuan "World Meeting of Families" di kota Philadelphia, Minggu (27/9). |
Dalam pertemuan dengan para uskup Katholik-Roma di Philadelphia, Paus Fransiskus hari Minggu (27/9) menyerukan dilanjutkannya sikap waspada terhadap pelecehan seksual oleh para pastur terhadap anak muda dan upaya para atasan gereja untuk menutup-nutupi kesalahan berat itu.
“Saya menyimpan kisah-kisah, penderitaan dan kesedihan anak-anak yang dilecehkan secara seksual oleh pastur-pastur di dalam hati saya” ujar Paus Fransiskus, yang Minggu pagi bertemu dengan tiga perempuan dan dua laki-laki yang telah menjadi korban ketika mereka masih anak-anak. “Saya sangat malu bahwa orang-orang yang dipercaya untuk merawat anak-anak ini justru menganiaya mereka dan menimbulkan penderitaan yang sangat besar. Saya benar-benar menyesal. Tuhan pun menangis”.
Paus Fransiskus menyampaikan pidatonya di hadapan sedikitnya 300 uskup, yang sebelumnya menghadiri acara “World Meeting of Families” yang disponsori Vatikan di St. Martin’s Chapel dari Seminari Santo Charles Borromeo. Paus dan rombongannya bermalam di seminari itu.
Juru bicara Vatikan – Federico Lombardi – mengatakan Paus mendengarkan kisah-kisah pelecehan para korban, “menyampaikan beberapa patah kata kepada kelompok itu dan kemudian mendengar kisah setiap orang secara pribadi. Ia kemudian berdoa bersama mereka dan menyampaikan rasa solidaritas terhadap penderitaan, rasa sakit dan malu mereka, terutama dalam kasus penganiayaan dan pelecehan yang dilakukan oleh pastur atau pekerja gereja lainnya”.
“Mereka yang selamat dari pelecehan tersebut telah menjadi pembawa rahmat”, ujar Paus Fransiskus kepada para uskup. “Kita berhutang pada mereka” atas setiap penderitaan yang ditimbulkan, tambah Paus.
Menurut kantor berita Associated Press, Paus Fransiskus telah membentuk mahkamah pengadilan baru Vatikan untuk mengadili uskup-uskup yang melindungi pastur pedofil dan tidak melaporkan mereka kepada polisi.
Kelompok hak-hak para korban telah menyampaikan keluhan bahwa Gereja Katolik dan pemimpin-pemimpinnya tidak banyak melakukan tindakan untuk menangani pelecehan yang dilakukan para pastur, yang menjadi berita utama di Amerika sejak tahun 2002.
Kantor berita Reuters – mengutip dokumen pakar-pakar asuransi yang disajikan dalam konferensi di Vatikan tahun 2002 – melaporkan ada sekitar 100 ribu anak di Amerika yang mungkin telah menjadi korban.
Philadelphia – yang pernah menjadi benteng gereja Katolik di Amerika – secara khusus telah diguncang oleh skandal pelecehan seksual para pasturnya. Keuskupan Philadelphia telah diusut oleh tiga juri agung – yang terakhir pada tahun 2011 – atas tuduhan membiarkan lebih dari 30 uskup yang terlibat kejahatan serius terus melakukan tugas-tugas mereka yang bisa membahayakan orang lain,
Keuskupan Philadelphia juga menghadapi kasus penyelewengan keuangan, dan seperti banyak keuskupan lain, harus menutup sekolah-sekolah paroki karena menyusutnya sumbangan dan pendaftaran murid-murid baru.
Pada hari terakhir kunjungan padatnya selama 6 hari di Amerika, Paus juga mengunjungi sebuah penjara dan mengadakan misa terbuka terakhir di pusat kota Philadelphia.
Pertemuan Paus Fransiskus siang hari dengan sekitar seratus napi di penjara Curran-Fromhold menyerukan kepada gereja Katolik Roma untuk lebih mencurahkan perhatian kepada orang-orang yang terpinggirkan dan terabaikan oleh masyarakat, termasuk kaum papa, imigran dan narapidana.
Para napi di penjara Curran-Fromhold memberi Paus sebuah kursi menyerupai tahta, dari kayu jenis walnut hitam yang mereka buat dengan tangan.
Misa berlangsung di Benjamin Franklin Parkway, jalan indah di mana Paus bergabung bersama ribuan orang Sabtu malam pada acara Festival of Families. Pelayanan doa dan musik menampilkan penyanyi legendaris yang dijuluki Ratu Soul, Aretha Franklin dan penyanyi opera Andrea Bocelli, serta testimoni dari keluarga-keluarga di seluruh dunia.
Acara itu merupakan peristiwa besar kunjungan Paus yang bersejarah di Amerika sebelum Paus kembali ke Roma. Ia pertama kali mengunjungi Washington, DC dan New York, sebuah misi gabungan antara kekuatan dan kemiskinan.
Paus mengakhiri upacara dengan pidato yang penuh semangat, kadang humor dan sebagian besar improvisasi, di mana ia memperingatkan dan membela kebajikan kehidupan keluarga dan menyebutnya “simbol cinta yang diimpikan Tuhan.”
"Keluarga punya kesulitan," kata Paus Fransiskus. "Keluarga akan bertengkar. Terkadang piring-piring bisa terbang karena kemarahan, dan anak-anak bisa membuat pusing. Dan saya tidak akan berbicara mengenai ibu-ibu mertua,” tambahnya, yang disambut dengan tawa dari hadirin.
"Tetapi kesulitan-kesulitan itu dapat diatasi dengan rasa cinta,” lanjut Paus.
Pidato itu menutup hari-hari sibuk Paus berusia 78 tahun itu, yang tiba di Philadelphia untuk menghadiri World Meeting of Families yang disponsori Vatikan.
Sebelumnya, hari Sabtu, ia memimpin misa di katedral Saints Peter and Paul, di Philadelphia dan mendesak umat di sana untuk “memikirkan tugas-tugas kegerejaan bagi keluarga-keluarga, untuk pasangan-pasangan yang mempersiapkan pernikahan, dan untuk kawula muda." [ps/em]
Sumber : voaindonesia.com